Pulau Jeju layaknya Pulau Bali bagi masyarakat Korea. Sunrise keemasan di pantainya jangan sampai terlewatkan.
Jeju dinobatkan sebagai satu dari tujuh keajaiban dunia pada tahun 2011 menurut sebuah polling. Pulau ini tidak hanya cocok bagi mereka yang akan berbulan madu, tapi juga pas bagi mereka yang senang naik gunung, atau sedekar berwisata. Agen Domino 99 Terpercaya
Pulau Jeju, Si Pulau Impian
Sudah sedari dulu Pulau Jeju menjadi destinasi wisata yang masuk dalam bucket list petualangan saya. Namun saya tak kunjung memiliki kesempatan untuk menginjakkan kaki di pulau yang terkenal tak hanya di seantero Korea namun juga dunia. Penantian saya berakhir ketika akhirnya pada tahun 2015 saya bisa berkunjung kembali ke Korea Selatan bersama tim angklung dari sebuah universitas di Bandung. Pada kesempatan itu, akhirnya saya bisa singgah di Pulau yang menjadi rumah bagi gunung tertinggi di Korea Selatan, yaitu Gunung Halla.
Sebelum tiba di Pulau Jeju, saya sudah mencari-cari destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Jeju tak hanya menawarkan wisata alam, namun ada juga wisata budaya dan buatan, seperti Gunung Halla, Air Terjun Cheonjeyeon, Museum Jeju Folk Village, Museum Teddy Bear, dan yang menarik perhatian saya adalah Seongsan Ilchulbong. Saat foto-foto matahari terbit di Seongsan Ilchulbong muncul di layar komputer jinjing, saya langsung jatuh hati dengan tempat ini. Seongsan Ilchulbong menjadi incaran utama saya.
Fajar Menyingsing di Puncak Matahari Terbit
Dikenal dengan sebutan Puncak Matahari Terbit, Seongsan Ilchulbong dahulu kala adalah sebuah kawah gunung berapi. Terjadi letusan yang maha dahsyat yang kemudian meninggalkan sebuah kawah yang lebar. Kawah sisa letusan itu berbentuk seperti cawan, alias cekung. Puncak Seongsan Ilchulbong dikelilingi oleh batu-batu karang beragam ukuran. Jika memandang ke arah bagian timur laut, pengunjung akan disuguhi hamparan rumput hijau. Sedangkan arah utara dan selatan dihiasi pemandangan tebing dengan hamparan laut. DOMINO QQ
Karena tujuan saya adalah berburu matahari terbit, maka pukul lima pagi, saya dan teman saya sudah meninggalkan hotel tempat kami menginap. Awalnya kami berencana menggunakan bus, tapi sayang bus paling pagi baru ada sekitar pukul enam. Jika menunggu bus, sudah pasti pemandangan matahari terbit akan terlewatkan. PIlihan kami jatuh pada taksi. Jujur, naik taksi bukan pilihan yang tepat jika ingin berhemat karena ongkos perjalanan cukup mahal. Namun apa daya, hanya itu pilihan yang ada.
Walaupun harus merogoh kocek agak dalam, semuanya terbayarkan saat akhirnya bisa menikmati indahnya pemandangan matahari terbit di Seongsan Ilchulbong. Karena letaknya yang dikelilingi laut maka angin pagi yang berhembus bukan angin sepoi-sepoi, melainkan angin dengan hembusan yang cukup kuat. Pastikan Anda membawa jaket jika tak ingin masuk angin.
Tak cukup hanya memandangi sang mentari yang sedang merangkak naik dari peraduan, saya dan teman memutuskan untuk menjelajah daerah bagian bawah dengan menuruni tangga yang dibuat sangat rapih dan nyaman untuk pengunjung. Di bawah terdapat beberapa rumah kecil. Konon kabarnya, jika beruntung, pengunjung dapat melihat Haenyeo alias para penyelam wanita yang terkenal di Jeju. Mereka biasanya menyelam untuk mengambil abalon, sejenis kerang laut, dan bulu babi. Saya sudah pernah melihat penampakkan mereka ketika berada di Seogwipo. Sayang sekali, di sini saya kurang mujur. Pagi itu para Haenyeo tak muncul di hadapan kami.
Tepi laut di dekat tebing dihiasi oleh batu-batu karang dan batu-batu sisa letusan gunung merapi. Dikarenakan kencangnya hembusan angin dan batuan yang basah, pengunjung harus berhati-hati jika hendak berfoto di atas batu-batu karang di samping tebing supaya tak jatuh ke laut.
Seongsan Ilchulbong memang layak dijadikan destinasi favorit di Pulau Jeju. Keindahan alam serta pemandangan matahari terbitnya tak boleh dilewatkan bagi mereka yang menyukai wisata alam.
No comments:
Post a Comment